Budidaya Talas Beneng oleh PT. Sintabe Trisula Indonesia di Banyuwangi: Alternatif Ekspor Daun Herbal yang Menjanjikan
Banyuwangi, Jawa Timur — PT. Sintabe Trisula Indonesia memulai inisiatif agribisnis baru dengan budidaya daun Talas Beneng sebagai produk herbal alternatif yang berpotensi tinggi untuk pasar ekspor. Berlokasi di Banyuwangi, perusahaan ini menanam Talas Beneng pada lahan seluas 50 hektare dengan fokus produksi daun kering yang dirajang. Berikut gambaran budidaya, tantangan, dan peluang yang dihadapi.
Apa itu Talas Beneng?
Talas Beneng (Xanthosoma undipes), atau yang dikenal juga “Si Beneng”, adalah varietas talas unggul yang berasal dari Banten, dengan ciri khas:
Umbinya besar dan batangnya panjang. bag-sda.malangkab.go.id+2pustaka.bppsdmp.pertanian.go.id+2
Daunnya tebal dan lebar, bisa dipanen secara berkala. Potensi daun yang dipanen memberikan nilai tambah bagi petani. crjournal.jabarprov.go.id+2pustaka.bppsdmp.pertanian.go.id+2
Varietas ini sudah dilepas secara resmi oleh Kementerian Pertanian lewat SK No. 981/HK.540/C/10/2020. pustaka.bppsdmp.pertanian.go.id+2hortikultura.pertanian.go.id+2
Kondisi Tumbuh & Budidaya Teknis
Untuk berhasil membudidayakan Talas Beneng (terutama daun kering yang akan diekspor), berikut adalah syarat & teknik budidaya yang penting:
| Aspek | Keterangan |
|---|---|
| Iklim & Lingkungan | Suhu ideal antara ±27–30,7 °C, kelembapan udara 60-80 %, curah hujan terbaik sekitar 2.500-2.800 mm/tahun. Lahan bisa datar hingga bergelombang, jenis tanah latosol ringan hingga liat berpasir dengan kandungan bahan organik yang baik — Banyuwangi masuk dalam zona yang mendukung syarat iklim ini. banten.bsip.pertanian.go.id+2pustaka.bppsdmp.pertanian.go.id+2 |
| Penyediaan Benih | Perbanyakan secara vegetatif (menggunakan “huli”/mahkota, umbi batang, atau umbi mini). Persemaian benih sebelum ditanam untuk memastikan tunas yang kuat. pustaka.bppsdmp.pertanian.go.id+1 |
| Penanaman | Jarak tanam sekitar 1 × 1 m atau sampai 1,5 × 1,5 m, tergantung intensitas naungan dan tujuan daun kering. Penanaman pada awal musim hujan (sekitar Oktober–November). pustaka.bppsdmp.pertanian.go.id+1 |
| Pemeliharaan | Penyiangan gulma secara berkala, penyediaan air yang cukup, pemberian pupuk kandang atau kompos sebagai sumber nutrisi awal. Jika dilakukan secara intensif, aplikasi pupuk tambahan (organik atau POC) setiap beberapa bulan. pustaka.bppsdmp.pertanian.go.id+1 |
| Pengendalian Hama & Penyakit | Hama potensial: ulat, wereng, kutu, serta penyakit bacuk batang/daun, embun tepung, atau hawar. Pengelolaan secara terpadu (IPM) dianjurkan, menghindari penggunaan pestisida kimia berlebihan. pustaka.bppsdmp.pertanian.go.id+1 |
| Panen & Pascapanen | Daun Talas Beneng dapat dipanen setelah tanaman cukup vegetatif (biasanya beberapa bulan setelah tanam), dipanen secara berkala. Untuk produk daun kering dirajang, daun dipetik, dibersihkan, dikeringkan menggunakan mesin dryer/oven sampai kelembapan berada di batas aman (biasanya <10-12 %) agar kualitas tidak rusak. Kemudian dirajang dan dikemas secara higienis. |
Pelaksanaan oleh PT. Sintabe Trisula Indonesia
Berdasarkan informasi internal dan proyeksi usaha:
Lahan yang digunakan seluas 50 ha di Banyuwangi, melibatkan tenaga kerja lokal dan kerja sama dengan petani mitra untuk mempercepat adopsi teknis budidaya.
Fokusnya adalah produksi daun kering dirajang untuk ekspor — produk daun kering lebih efisien dalam pengiriman dan pasar luar negeri (karena ringan, tidak mudah busuk).
Perusahaan mempersiapkan fasilitas pengeringan (dryer industri), ruang pengolahan dan packaging, serta sistem pengawetan mutu dan sertifikasi ekspor (fitosanitari, residu) agar produk memenuhi standar internasional.
Target pasokan awal akan diarahkan ke importir herbal / blends rokok non-nikotin, dan industri makanan herbal di negara-negara yang memerlukan daun herbal kering sebagai bahan baku.
Tantangan & Strategi Mitigasi
| Tantangan | Strategi Mitigasi |
|---|---|
| Kadar kelembapan daun & mutu pascapanen | Investasi di mesin pengering (dryer) yang efisien; pelatihan SDM untuk penanganan pascapanen, pemilihan daun prima dan kebersihan. |
| Regulasi ekspor (sertifikasi, standar fitosanitari) | Mengikutkan asesor karantina dan sertifikasi pihak ketiga sejak tahap awal; tes laboratorium residu; patuhi standar negara tujuan. |
| Logistik & distribusi ke pelabuhan ekspor | Gunakan rute pengiriman yang cepat; kemasan dan cartoning yang meminimalisir kerusakan; kerja sama pihak logistik yang berpengalaman ekspor. |
| Fluktuasi harga & permintaan pasar | Amankan buyer awal (kontrak); diversifikasi pasar; eksplor produk turunan lainnya (campuran herbal, ekstrak) agar tidak hanya bergantung pada daun kering. |
| Biaya produksi & input | Gunakan input lokal (pupuk kandang, tenaga kerja lokal); optimalkan naungan agar tanaman daun tumbuh baik; praktek pertanian berkelanjutan untuk menekan biaya. |
Peluang Ekonomi dan Dampak Lokal
Dengan produksi daun kering dirajang, nilai tambah bisa sangat besar dibanding hanya menjual daun basah. Produk kering memiliki umur simpan lebih lama dan lebih mudah transport.
Penyerapan tenaga kerja lokal meningkat — mulai dari pembibitan, perawatan, panen, pengeringan, pengemasan, dan logistik.
Menjadi sumber alternatif ekonomi, mengurangi ketergantungan dari tanaman konvensional yang biasanya bergantung pada usaha tani pangan tunggal.
Potensi ekspor ke negara-negara yang sedang berkembang permintaan terhadap bahan herbal, produk alternatif rokok (herbal smoking blends), industri makanan & kosmetik herbal.
Kesimpulan
Budidaya daun Talas Beneng oleh PT. Sintabe Trisula Indonesia di Banyuwangi menunjukkan prospek yang sangat menjanjikan: jika manajemen produksi efisien, kualitas terpenuhi, dan pasar ekspor berhasil dimasuki, maka usaha ini dapat menjadi salah satu pilar agribisnis modern dan berkelanjutan di daerah tersebut. Talas Beneng bukan hanya tanaman lokal yang “viral” tapi bisa menjadi komoditas ekspor nyata — asal usaha tani dan pascapanen dijalankan dengan standar tinggi.